Kondisi lingkungan Pulau Seribu memang tidak bisa dilepaskan dari faktor penduduk atau masyarakatnya sendiri. Dimana mereka yang paling bersentuhan karena domisili serta tempat tinggalnya disana.

Meskipun ada faktor eksternal atau dari luar Kepulauan Seribu, tetapi tidak begitu signifikan. Misalnya, turis yang berkunjung untuk berwisata disana saat ke pulau tidung. Tidak menutup kemungkinan para turis tersebut juga mempengaruhi kondisi lingkungannya.

Jadi secara umum, kondisi lingkungan Pulau Seribu sangat dipengaruhi oleh manusia yang berdomisili disana dengan beragam faktor pendukungnya. Entah lingkungannya terjaga dengan baik atau sebaliknya, masyarakat yang menentukannya sendiri.

Bagaimana Lingkungan Pulau Seribu Sekarang?

lingkungan Pulau SeribuDiketahui Kepulauan seribu merupakan sebuah kabupaten administrasi yang termasuk wilayah DKI Jakarta. Artinya, Kepulauan Seribu berbentuk Kabupaten Adminstrasi yang berada di wilayah DKI Jakarta.

Oleh karenanya, Pemprov DKI Jakarta masih bertanggung jawab atas pembangunan fisik, pembangunan sosial, serta urusan administrasi di Pulau Seribu. Dikarenakan berwujud kepulauan, maka ada begitu banyak pulau yang termasuk di dalam wilayah administrasinya.

Ada ratusan pulau di Kepulauan Seribu yang semuanya belum dijadikan tempat tinggal. Jadi, masih ada pulau kosong yang hanya dihuni oleh habitat aslinya, seperti jenis flora dan fauna tertentu.

Oleh karena itu, kondisi fisik dari banyak pulau di Kepulauan Seribu memang masih alami dan belum terganggu. Namun demikian, beberapa pulau sudah terganggu lingkungan fisiknya karena dieksploitasi oleh masyarakat sekitar.

Mulai dari kerusakan lingkungan di pesisir pulau-pulau karena terumbu karangnya hancur. Selain itu, bukan tidak mungkin wilayah perairannya sudah tercemar oleh beragam limbah cair. Dengan kondisi semacam itu, lingkungan Pulau Seribu memang harus diselamatkan.

Dapat diperumpamakan bahwa Kepulauan Seribu merupakan benteng yang melindungi wilayah Kota Jakarta dan sekitarnya dari kerusakan yang lebih parah. Misalnya, abrasi pantai karena gelombang rob ditambah penurunan permukaan daratan atau lahannya.

Dengan kondisi tersebut, wilayah Jakarta dipastikan selalu banjir saat musim penghujan. Bahkan, masih juga banjir di wilayah pesisirnya karena air rob kiriman dari laut. Tentu saja hal tersebut sangat menyulitkan dan menyengsarakan penduduk di wilayah pesisir.

Masih ada beberapa masalah lain yang berkaitan dengan lingkungan Pulau Seribu dan harus diselesaikan secepatnya. Semua masalah tersebut bisa sedikit dikaji merupakan masyarakat sekitar sendiri yang melakukannya.

Selanjutnya, lingkungan yang sudah rusak disebabkan oleh aktifitas masyarakat akan berdampak merugikan untuk mereka sendiri. Sebagai contoh, penggunaan bom pukat untuk mencari ikan.

Diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kepulauan Seribut bermatapencaharian sebagai nelayan. Salah satu kegiatannya, yaitu mencarikan di lautan. Disinyalir masih ada nelayan di sana yang menggunakan bom pukat untuk mendapatkan ikan.

Penggunaan bom semacam itu memang efektif membunuh ikan dalam jumlah banyak. Namun sayangnya, bomnya juga ikut menghancurkan terumbu karang dan membunuh ikan-ikan kecil. Akibatnya lingkungan laut hancur dan jangka panjangnya tidak ada ikan lagi.

baca : Liburan ke Pulau Seribu Budget Terbatas? Coba Tips Berikut

Langkah Nyata Menyelamatkan Lingkungan Pulau Seribu

Kepulauan Seribu yang mempunyai daya tarik pariwisata yang besar memang harus selalu dijaga kondisi lingkungannya. Jangan lingkungannya secara umum dan keseluruhan rusak permanen karena sangat merugikan masyarakatnya.

Bukan hanya masyarakat yang berdomisili di Pulau Seribu saja, tetapi juga penduduk di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Hal itu dikarenakan Kepulauan Seribu masih menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Pulau Jawa.

Jika diibaratkan induk dan anak, berarti Pulau Jawa merupakan induk serta Kepulauan Seribu menjadi anaknya. Meskipun hanya berwujud pulau-pulau kecil saja, tetapi banyak orang ingin mengunjunginya.

Salah satu alasannya, yaitu lingkungan di pulau-pulau tersebut masih alami, asri, bersih, dan segar. Belum banyak aktifitas manusia disitu hingga merusak ekosistem lingkungannya. Kondisi lingkungan Pulau Seribu semacam itulah yang harus dipertahankan.

Namun jika sudah ada ciri atau gejala kerusakan lingkungan disana, harus segera diambil tindakan nyata. Tentu saja perlu melibatkan masyarakat setempat agar lebih efektif pekerjaannya karena mereka sendiri yang akan merasakan langsung dampaknya.

Selain itu, sekaligus mengedukasi mereka tentang menyelamatkan lingkungan alam khususnya di Kepulauan Seribu. Untuk memulai pekerjaan ini, sepertinya pemerintah dalam hal ini pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat membutuhkan bantuan.

Mulai dari aktifis lingkungan, lembaga swadaya masyarakat, dan semua pihak yang peduli dengan lingkungan Pulau Seribu perlu dirangkul serta diajak bergabung. Tujuan utamanya adalah menyukseskan kegiatan penyelamatan lingkungan di Pulau Seribu.

Kegiatannya bisa dimulai dari yang kecil atau sederhana. Misalnya, membuang sampah di tempat yang disediakan. Jika belum banyak tempat sampah yang disediakan, bisa mulai disediakan dengan bantuan atau sponsor berbagai pihak.

Atau mungkin, memberdayakan masyarakat setempat untuk membuat tempat-tempat sampah dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti botol minuman bekas, logam bekas, atau yang lainnya. Hal tersebut pasti lebih mengenai sasarannya.

Kegiatan penyelamatan yang lebih besar, seperti menanam bibit terumbu karang di wilayah perairan Kepulauan Seribu. Kegiatannya membutuhkan skill atau keahlian khusus karena proses menanamnya di dasar laut serta perlu memperhatikan prosedur tertentu.

Terumbu karang yang sudah rusak mungkin disebabkan aktifitas nelayan buruk, gelombang besar laut, jangkar kapal, dan lain sebagainya. Harus dipulihkan sedikit demi sedikit untuk menjaga lingkungan laut lebih baik.

baca : Sebab Menikah di Pulau Seribu Adalah Pilihan Tepat

Warisan Lingkungan Pulau Seribu untuk Anak Cucu di Masa Depan

Setelah lingkungannya mulai berhasil diselamatkan, tugas berikutnya tidak kalah pentingnya. Masyarakat sekitar harus mau dan mampu menjaga lingkungan di Kepulauan Seribu agar tetap terhindar dari kerusakan.

Hal itu harus dilakukan karena semuanya akan diwariskan untuk anak cucu di masa depan. Dengan begitu, bukan hanya generasi sekarang saja yang menikmati hasil dari penyelamatan lingkungan Pulau Seribu.

Namun, generasi berikutnya di masa depan juga seharusnya menikmatinya. Jadi, kebaikan tersebut bisa diturunkan di tiap generasi. Sudah pasti masyarakat di Pulau Seribu yang akan menikmati hasilnya secara langsung maupun tidak.

Bahkan, masyarakat di luar Kepulauan Seribu, seperti di Jakarta dan sekitarnya juga bisa merasakannya. Namun demikian, ada banyak hambatan dan rintangan yang harus dihadapi serta dicarikan solusinya.

Maka dari itu, proses kegiatan penyelamatan lingkungan tersebut harus direncanakan secara matang dengan melibatkan banyak pihak. Selain itu, prosesnya yang lama harus dilaksanakan secara bertahap dan sedikit demi sedikit.

Terutama dalam hal mengedukasi masyarakat disana perihal pentingnya menjaga lingkungan alam di Kepulauan Seribu. Kegiatan itu sudah seharusnya dilakukan oleh orang-orang profesional dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan ini.

Dengan begitu, prosesnya benar-benar sesuai harapan dan tepat sasaran. Oleh karenanya, memang harus menggandeng berbagai pihak khususnya aktifis lingkungan hidup. Terutama mereka yang lebih fokus di Kepulauan Seribu.

Lebih diutamakan aktifis lokal atau berasal dari Indonesia dulu karena mungkin lebih memahami kebiasaan dan tradisi setempat. Tentu saja semua kegiatan tersebut harus didukung oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

Anda sekalian juga bisa ikut berperan aktif dalam kegiatan ini. Terutama Anda yang mungkin tertarik dengan penyelamatan lingkungan Pulau Seribu bisa bergabung dengan komunitas-komunitas yang sudah terbentuk.