Jika Anda pernah melihat burung Elang Bondol Pulau Seribu saat Anda berlibur ke Pulau Seribu. Cara terbangnya gagah, dan bentangan sayapnya lebar.

Burung ini merupakan salah satu satwa yang menjadi penghuni tetap Pulau Seribu. Semenjak pulau ini ada, Elang Bondol sudah menjadi penghuni tetap.

Banyak orang yang sudah melihat kegagahan Elang Bondol ini. Bahkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjadikan burung ini sebagai maskot kotanya.

Sebab burung ini mengandung filosofi keabadian. Burung ini adalah burung yang dapat hidup hingga berumur tujuh puluh tahun. Sedang, jika dibandingkan dengan jenis burung lainnya, sangat terpaut jauh.

Kota Jakarta diharapkan terus bisa ada hingga nanti. Kemudian dengan kegagahannya layaknya burung elang, Jakarta juga bisa menjadi pusat segala hal di Indonesia.

Akan tetapi, apakah Anda tahu bahwa populasi Elang Bondol Pulau Seribu, kini jumlahnya kian memprihatinkan. Semakin bertambahnya tahun, populasi makin turun.

Hal ini harus kita perhatikan bersama, jangan sampai anak cucu kita sudah tidak bisa lagi melihat burung gagah satu ini. Sebab, Elang Bondol ini membuat contoh bahwa kita harus selalu siap terhadap apapun yang ada.

Namun, kita tidak akan bisa menjaga Elang Bondol, jika kita belum kenal predator satu ini. Oleh karena itulah kita harus mengenal lebih jauh si Elang Bondol Pulau Seribu.

Mengenal Tentang Elang Bondol Berikut

Elang Bondol Pulau SeribuApabila saat berlibur, ketika cuaca sedang terik-teriknya di Pulau Seribu. Tiba-tiba ada bayangan hitam besar lewat dengan cepat dari bagian atas Anda. Maka sudah dipastikan itu adalah elang bondol.

Burung ini, memang memiliki fisik yang gagah. Serta bentangan sayap yang lebar. Perpaduan warna bulunya juga menggambarkan kesan sangar. Sehingga hewan lain dibuat segan oleh tampilannya.

Fisik dari burung ini terdiri dari panjangnya tubuh yang berkisar antara 43 cm sampai 51 cm, diukur dari kepala hingga menuju ekor. Bentangan sayapnya sangat lebar, bahkan bisa mencapai 125 cm.

Oleh karena itu jika ada cuaca panas, dan ada bentangan bayangan lebar lewat, sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah Elang Bondol.

Kemudian ciri fisik lain dari Elang Bondol Pulau Seribu ini adalah bentuk paruhnya. Runcing, menuju ke bawah. Sangat efektif untuk berburu ikan di tengah lautan.

Perpaduan bulu dari Elang ini juga sangatlah maskulin. Bulu kepala hingga leher berwarna putih. Lalu, warna coklat mendominasi bagian dada, punggung, hingga bagian belakang sayap.

Kedua warna ini tentu menjadi warna yang sangat maskulin. Sehingga membuat elang terlihat bukan sembarang burung saja. Tapi burung itu adalah penguasa udara.

baca : Memancing di Pulau Sebira yang Wajib Anda Pertimbangkan

Tabiat Hidup Elang Bondol Pulau Seribu

Elang Bondol Pulau Seribu ini, memiliki habitat di sekitar pantai, serta hutan mangrove. Sebab, sumber makanan burung ini adalah ikan-ikan yang habitatnya di air bagian permukaan, dan juga yang bersarang di bawah akar mangrove.

Selain ikan, makanan dari elang ini berupa serangga, kepiting, dan hewan kecil lainnya. Pencarian makan juga berputar di sekitar permukaan air, dan juga daratan.

Cara makan elang ini adalah menangkap mangsa menggunakan cakar pada kakinya. Setelah berhasil burung ini membawa ke udara, dan membanting hewan tangkapan hingga meninggal.

Setelah meninggal elang memangsa hewan tersebut hingga habis dilumat oleh paruhnya yang tajam. Untuk memudahkan pemangsaan, bagian runcing pada paruh digunakan untuk mencabik makanan yang akan masuk.

Sedangkan persebaran dari burung ini dari India, Tiongkok Selatan, Asia Tenggara, hingga Australia. Pulau di Indonesia yang menjadi persebaran elang ini adalah seluruh pulau besar yang ada di Indonesia, namun yang membedakan jumlahnya.

Khusus di Pulau Seribu populasi elang ini tersebar di sekitar hutan mangrove. Karakterisitik hutan mangrove yang berlumpur, tentu menjadi habitat bagi makanan burung elang.

Sehingga burung ini seringkali terbang di sekitar hutan mangrove. Oleh karena itu jika Anda pergi ke area mangrove di Pulau Seribu, Anda memiliki kemungkinan untuk melihat langsung Elang Bondol ini.

Elang Bondol Pulau Seribu, ini memiliki waktu perkembangbiakan tertentu. Biasanya periode antara Januari hingga Agustus burung Elang memulai untuk reproduksi.

Biasanya telur burung elang akan dierami selama sekitar sebulan. Sedangkan dari anakan hingga bisa meninggalkan sarang, Burung Elang membutuhkan waktu 40-56 hari. Sedangkan untuk hidup mandiri sekitar 2 bulan.

Itulah mengenai fisiologi dari burung Elang Bondol. Lalu, ada juga hubungan antara Elang Bondol, dan Jakarta. Kira-kira apakah itu? Mari kita cek bersama.

Elang Bondol, Salak Condet, dan, Jakarta

Kedua simbol ini telah digunakan semenjak dahulu untuk kota Jakarta. Salak condet adalah buah khas dari daerah Jakarta, kemudian elang adalah hewan yang sering berkeliaran di langit kota Jakarta. Patung Elang Bondol membawa Salak Condet bisa Anda temui di daerah Cempaka Putih.

Kedua simbol ini mengisyaratkan bahwa Jakarta adalah kota yang kuat, dan juga bisa memberi hasil yang setimpal .Kuat dilambangkan oleh Elang Bondol. Sedangkan hasil digambarkan oleh Salak Condet.

Namun, kini kondisi dari ikon ini jarang diperhatikan. Hingga pada akhirnya pada tahun 2021 para warga mengadu, dan akhirnya dari pihak dinas penanggulangan kebakaran membersihkan patung tersebut.

baca : Ingin Diving di Kepulauan Seribu? Kenali Aturannya Dahulu

Elang Bondol dan Nasibnya Kini

Nasib Elang Bondol Pulau Seribu kian memprihatinkan. Banyak berita yang memberi judul bahwa populasi Elang ini kian lama kian menurun.

Bahkan menurut data dari Universitas Nasional, populasi dari Elang Bondol kini hanya tersisa 32 ekor saja. Semua sisanya kini sudah diamankan di Pulau Kotok.

Oleh sebab itulah Elang Bondol Pulau Seribu dari medio 90an sudah diberikan status sebagai hewan yang dilindungi. Jika ada orang yang dengan sengaja membunuh Elang Bondol, maka akan dipidana sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bermacam faktor mempengaruhi perkembangan dari Elang Bondol. Utamanya adalah yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Kini di sekitar Pulau Seribu sudah terdapat banyak sampah plastik.

Sampah ini, kebanyakan berasal dari luar wilayah Pulau Seribu. Ada juga dari para wisatawan yang kurang sadar untuk menjaga kebersihan dari Pulau Seribu ini.

Hingga ada suatu peristiwa yang membuat tercengang. Pada tahun 2019, pernah ditemukan sarang Elang Bondol Pulau Seribu yang terbuat dari susunan plastik. Jika diperhatikan itu adalah sampah yang ada di sekitar Pulau Seribu.

Hingga kini perlindungan secara gencar terus dilakukan kepada Elang Bondol. Sebab perkembangbiakannya sudah tidak semasif dahulu. Walaupun bisa bertahan hidup lama, jika tidak berkembang biak, maka akan sulit untuk menjaga populasi elang ini.

Hal ini tentu menjadi perhatian bagi kita bersama untuk menjaga populasi burung ini. Bukan hanya burung, namun hewan lain yang juga menjadi penghuni kawasan Pulau Seribu.

Tugas kita sebagai manusia adalah melindungi segala yang ada di bumi, agar tetap bisa melangsungkan kehidupan. Jika kita tidak bisa mencegah kepunahan seekor hewan. Bukan hal tidak mungkin ke depannya manusia yang akan punah.

Keserakahan, dan juga ketidaksadaran manusia menjaga lingkungan menjadikan semua hal yang sudah ada sebelum manusia ikut menjadi pengelola alam, malah menjadi rusak.

Tentu kita tidak ingin ada larangan yang membuat kita tidak boleh berkunjung ke tempat-tempat hewan yang dilindungi agar, alam tetap lestari.

Harusnya kelestarian alam, dan kehidupan hewan berjalan beriringan dengan kehidupan manusia. Sebab tanpa alam manusia bukanlah apa-apa. Termasuk juga kepada Elang Bondol Pulau Seribu.